Tren selalu berubah, begitu pula dengan Korean Wave yang tengah melanda Indonesia saat ini, akan berlangsung sesaat seiring perkembangan tren selanjutnya.
Hallyu atau Korean Wave (Gelombang Korea) adalah istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya pop Korea secara global di berbagai negara di dunia.
Umumnya Hallyu memicu banyak orang untuk memelajari bahasa dan kebudayaan Korea.
Tak terkecuali Indonesia dimana kalangan mudanya kini banyak yang sedang dilanda demam K-pop dan drama Korea.
Fenomena ini mengingatkan kita pada tren-tren sebelumnya yang juga pernah melanda di Indonesia seperti budaya pop China dan Jepang.
Dan semua budaya pop tersebut, kata Henni Norita dari Lembaga Psikologi Hikari, hanya bersifat sementara karena perkembangan tren datang silih berganti mengikuti perkembangan zaman.
"Jadi sama seperti tren-tren sebelumnya, fenomena Korean Wave pun hanya berlangsung dalam kurun waktu tertentu," jelasnya kepada Beritasatu.com.
Dan sebagai sebuah fenomena, lanjut Henni, tentu saja memberikan dampak positif dan negatif bagi masyarakat Indonesia.
Misalnya, kata dia, berkurangnya kecintaan terhadap budaya sendiri dan cenderung menurunnya semangat belajar dan produktivitas lantaran waktunya banyak tersita untuk menonton drama Korea, atau menjelajahi dunia maya untuk mencari tahu banyak hal mengenai Korea.
Jangan Hanya Jadi FollowerTak hanya itu, gaya hidup sebagian kalangan muda Indonesia pun, lanjut Henni, mulai terpengaruh oleh gaya hidup masyarakat Korea.
Kondisi ini menunjukkan bahwa budaya pop Korea saat ini memang sudah mempunyai penggemar dan memiliki kelasnya tersendiri di Indonesia.
Tak hanya di kalangan biasa, tapi juga telah merambah sekaligus menginspirasi beberapa artis di tanah air.
"Namun sebagai sebuah dinamika kehidupan, fenomena ini sebenarnya wajar saja terjadi," jelasnya.
Lantas apa dampak positifnya fenomena tersebut bagi masyarakat kita? Henni berpendapat, fenomenaHallyu dapat memperkaya pengetahuan masyarakat Indonesia akan kebudayaan negara lain.
Sebagai salah satu negara maju di Asia, Korea juga dapat dijadikan teladan karena tetap memegang teguh budayanya meski arus globalisasi sedemikian derasnya.
Hal ini dapat dilihat dan dirasakan melalui warna musiknya, drama serial atau beberapa filmnya yang menggambarkan tentang seni, budaya dan kehidupan sehari-harinya yang menjadi ciri khas masyarakat Korea.
"Kuatnya karakter dan identitas merekalah yang membuat bangsa tersebut mampu menjadi trendsetterbaru dalam dunia musik, seni akting, fashion dan gaya hidupnya," kata Henni.
Kerja keras mereka yang berhasil menjadi 'kiblat' baru dalam budaya pop itulah yang seharusnya menginspirasi masyarakat Indonesia untuk juga terus bekerja keras, disiplin, kreatif dan memiliki etos kerja yang tinggi.
"Jadi masyarakat kita nggak hanya jadi follower, tapi juga harus mampu menjadi trendsetter baru bagi negara lain," tambah Henni yang juga pengajar di Hikari Montesorri School ini.
Umumnya Hallyu memicu banyak orang untuk memelajari bahasa dan kebudayaan Korea.
Tak terkecuali Indonesia dimana kalangan mudanya kini banyak yang sedang dilanda demam K-pop dan drama Korea.
Fenomena ini mengingatkan kita pada tren-tren sebelumnya yang juga pernah melanda di Indonesia seperti budaya pop China dan Jepang.
Dan semua budaya pop tersebut, kata Henni Norita dari Lembaga Psikologi Hikari, hanya bersifat sementara karena perkembangan tren datang silih berganti mengikuti perkembangan zaman.
"Jadi sama seperti tren-tren sebelumnya, fenomena Korean Wave pun hanya berlangsung dalam kurun waktu tertentu," jelasnya kepada Beritasatu.com.
Dan sebagai sebuah fenomena, lanjut Henni, tentu saja memberikan dampak positif dan negatif bagi masyarakat Indonesia.
Misalnya, kata dia, berkurangnya kecintaan terhadap budaya sendiri dan cenderung menurunnya semangat belajar dan produktivitas lantaran waktunya banyak tersita untuk menonton drama Korea, atau menjelajahi dunia maya untuk mencari tahu banyak hal mengenai Korea.
Jangan Hanya Jadi FollowerTak hanya itu, gaya hidup sebagian kalangan muda Indonesia pun, lanjut Henni, mulai terpengaruh oleh gaya hidup masyarakat Korea.
Kondisi ini menunjukkan bahwa budaya pop Korea saat ini memang sudah mempunyai penggemar dan memiliki kelasnya tersendiri di Indonesia.
Tak hanya di kalangan biasa, tapi juga telah merambah sekaligus menginspirasi beberapa artis di tanah air.
"Namun sebagai sebuah dinamika kehidupan, fenomena ini sebenarnya wajar saja terjadi," jelasnya.
Lantas apa dampak positifnya fenomena tersebut bagi masyarakat kita? Henni berpendapat, fenomenaHallyu dapat memperkaya pengetahuan masyarakat Indonesia akan kebudayaan negara lain.
Sebagai salah satu negara maju di Asia, Korea juga dapat dijadikan teladan karena tetap memegang teguh budayanya meski arus globalisasi sedemikian derasnya.
Hal ini dapat dilihat dan dirasakan melalui warna musiknya, drama serial atau beberapa filmnya yang menggambarkan tentang seni, budaya dan kehidupan sehari-harinya yang menjadi ciri khas masyarakat Korea.
"Kuatnya karakter dan identitas merekalah yang membuat bangsa tersebut mampu menjadi trendsetterbaru dalam dunia musik, seni akting, fashion dan gaya hidupnya," kata Henni.
Kerja keras mereka yang berhasil menjadi 'kiblat' baru dalam budaya pop itulah yang seharusnya menginspirasi masyarakat Indonesia untuk juga terus bekerja keras, disiplin, kreatif dan memiliki etos kerja yang tinggi.
"Jadi masyarakat kita nggak hanya jadi follower, tapi juga harus mampu menjadi trendsetter baru bagi negara lain," tambah Henni yang juga pengajar di Hikari Montesorri School ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar