Senin, 27 Juni 2011

Sumpit Dayak Lebih Ditakuti daripada Peluru


PADA zaman penjajahan di Kalimantan dahulu kala, serdadu Belanda
 bersenjatakan senapan dengan teknologi mutakhir pada masanya,
 sementara prajurit Dayak umumnya hanya mengandalkan sumpit.
Akan tetapi, serdadu Belanda ternyata jauh lebih takut terkena anak
sumpit ketimbang prajurit Dayak diterjang peluru.




Penyebab yang membuat pihak penjajah gentar itu adalah anak
 sumpit yang beracun. Sebelum berangkat ke medan laga, prajurit
 Dayak mengolesi mata anak sumpit dengan getah pohon ipuh
atau pohon iren. Dalam kesenyapan, mereka beraksi melepaskan
 anak sumpit yang disebut damek.

http://stat.k.kidsklik.com/data/photo/2009/02/19/0822582p.JPG
"Makanya, tak heran penjajah Belanda bilang, menghadapi prajurit
 Dayak itu seperti melawan hantu," tutur Pembina Komunitas
Tarantang Petak Belanga, Chendana Putra, di Palangkaraya,
Kalimantan Tengah, Kamis (2/6/2011).

Tanpa tahu keberadaan lawannya, tiba-tiba saja satu per satu
serdadu Belanda terkapar, membuat sisa rekannya yang masih
hidup lari terbirit-birit. Kalaupun sempat membalas dengan
 tembakan, dampak timah panas ternyata jauh tak seimbang
dengan dahsyatnya anak sumpit beracun.


Tak sampai lima menit setelah tertancap anak sumpit pada bagian
tubuh mana pun, para serdadu Belanda yang awalnya kejang-kajang
akan tewas. Bahkan, bisa jadi dalam hitungan detik mereka sudah
 tak bernyawa. Sementara, jika prajurit Dayak tertembak dan bukan
 pada bagian yang penting, peluru tinggal dikeluarkan. Setelah dirawat
 beberapa minggu, mereka pun siap berperang kembali.

Penguasaan medan yang dimiliki prajurit Dayak sebagai warga
 setempat tentu amat mendukung pergerakan mereka di hutan rimba.

"Karena itu, pengaruh penjajahan Belanda di Kalimantan umumnya
umumnya hanya terkonsentrasi di kota-kota besar tapi tak menyentuh
hingga pedalaman," Chendana.

Tak hanya di medan pertempuran, sumpit tak kalah ampuhnya ketika
 digunakan untuk berburu. Hewan-hewan besar akan ambruk dalam
 waktu singkat. Rusa, biawak, atau babi hutan tak akan bisa lari jauh.
 "Apalagi, tupai, ayam hutan, atau monyet, lebih cepat lagi," katanya.

Bagian tubuh yang terkena anak sumpit hanya perlu dibuang sedikit
karena rasanya pahit. Uniknya, hewan tersebut aman jika dimakan.
"Mereka yang mengonsumsi daging buruan tak akan sakit atau
keracunan," kata Chendana.
Baik hewan maupun manusia, setelah tertancap anak sumpit hanya
 bisa berlari sambil terkencing-kencing.
"Bukan sekadar istilah, dampak itu memang nyata secara harfiah.
Orang atau binatang yang kena anak sumpit, biasanya kejang-kejang
sambil mengeluarkan kotoran atau air seni sebelum tewas," tambah
 Chendana


Sumber :
belumcocok.blogspot.com
http://faktabukanopini.blogspot.com/2011/06/sumpit-dayak-lebih-ditakuti-daripada.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar